Mendidik Anak

Pendidikan adalah pembiasaan, lahir dari hal yang dilakukan berulang-ulang. Anak yang sering melihat orang tuanya menegakkan sholat, insya Allah akan meniru dan ikut sholat. Anak yang sering melihat orang tuanya mengaji akan mudah juga untuk diajak mengaji. Anak yang terbiasa melihat orang tuanya ke masjid, akan ikut juga ke masjid dan dekat dengan aktivitas di masjid. Anak yang terbiasa berkumpul dengan orang sholeh insya Allah akan mendapatkan faedahnya dengan ketenangan dalam hatinya. Maka naikilah tangga menuju cita-cita memperoleh keturunan yang sholih dengan mendidik diri untuk sholih terlebih dahulu. Kapankah itu? Sekarang, lebih cepat lebih baik, tak ada kata terlambat.

Dalam mendidik anak, tidak ada cara yang paling baik dan patut ditiru selain daripada yang pernah diajarkan oleh baginda Nabi ﷺ

Ada juga beberapa hal yang harus kita hindari selama mendidik anak. Dan larangan itu sebenarnya tidak mudah untuk kita biasakan. Anak yang mempunyai psikis yang perlu tertangani dengan baik, butuh solusi yang terdidik

Solusi itu juga pernah diterapkan oleh Nabi Muhammad ﷺ saat mendidik anak-anaknya. Sehingga kita akan dapati, bagaimana metode nubuwah dalam ilmu parenting itu sangat berpengaruh dalam mencetak generasi yang taat dan hormat kepada kedua orangtuanya.

Bukankah Ummu Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi dengan kesholihan dan kecerdasannya mampu mendidik anaknya hingga menjadi ulama ahli hadits, fuqaha dan imam di usia yang masih muda. Beliau mendidik anaknya dengan mengarahkan seluruh potensi dan hartanya demi pendidikan sang anak. Hingga ayahnya terisak mengetahui kedudukan ilmu dan kehormatan yang tinggi pada anaknya.

Bukankah Ummu Sulaim, karena keyakinannya yang menghujam begitu dalam di dadanya, mendidik anaknya, Anas bin Malik untuk berucap Laa Ilaha illallah hingga menjadi pelayan manusia terbaik, Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam. Suaminya yang tak ingin masuk Islam tidak menyurutkan langkahnya bahkan semakin bersemangat mendidik anaknya.

Bukankah Al Khansa, dengan deretan prestasi jihad yang mengagumkan dalam berpartisipasi bagi Islam dan membela kebenaran, lahir dari keyakinan yang teguh akan Allah. Lagi dan lagi kesholihan mengantarkan empat putranya syahid di jalan Allah. Syairnya yang menggugah jiwa ia lantunkan untuk membakar semangat jihad anaknya hingga syahid tak bersisa.

Generasi tangguh tidak akan lahir dari manusia cengeng. Generasi pejuang kebenaran tidak akan lahir dari manusia bermental kerupuk. Generasi kuat akan hadir dari mereka yang mendidik anaknya dengan mental baja, kecerdasan dan kesholihan dalam jiwanya.

Lahirnya generasi tangguh tidaklah instan. Kecerdasan tidak diperoleh begitu saja. Kesholihan tidak datang semudah semilir angin di pagi hari. Ia datang dengan usaha dan komitmen yang besar untuk menghadirkannya dalam jiwa. Kesholihan datang dengan kuatnya keyakinan dan ilmu yang melahirkan kedekatan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Daaan… tidak semua yang kita tahu harus diberitahukan kepada anak. Didik ia sesuai dengan akal dan usianya.

Sumber : https://sdwahdah.sch.id/mendidik-anak-harus-jadi-pendidik-sholeh/